Rabu, 13 Agustus 2014

Tanaman Ajaib Dari Ma’



Punya keluarga itu asyik. Beberapa hari lalu, tokoh yang kumainkan di RPG melakukan hal yang dianggap nakal. Sebenarnya bukan punyaku saja. Tapi juga tokoh yang menjadi kakak dan sepupuku. Padahal sebenarnya mereka yang berbuat ulah di kelas (latar game). Kepada pengajar, mereka cenderung mempermainkan. Dilaporkanlah segala tingkah ketiga anak itu kepada Ma’ yang menjadi  orang tua.

Grup Whatsap pun rame. Ma’ kecewa dengan sikap kita (dalam tokoh). Katanya kita harus lebih menghormati orang yang dituakan, apalagi itu adalah pengajar. Yang dimarahi malah ber-haha-hihi tidak mau disalahkan. Begitupun aku. Tapi Ma’ tidak berhenti sampai disitu. Katanya dia akan menghukum kita.

Notification riuh lagi. Para kakak menyarankan beberapa hukuman yang sadis. Ma’ hanya mengangguk-angguk menerima usulan itu. Sedang kita ketar-ketir, bertanya-tanya hukuman apa yang diberikan.

Dan ing-eng… enam surat melayang kepada anak-anak Ma dan satu orang sepupu. Kita diperintahkan untuk menjaga sebuah tanaman. Tanaman itu hanya berupa benih. Ia bisa hidup hanya dengan perbuatan baik sang pemilik. Dan menjadi mekar setelah dua atau tiga bulan. Dalam akhir kalimat surat itu Ma berkata, “Aku akan senang jika ketika musim dingin nanti kalian pulang membawa bunga-bunga bermekaran. Salam sayang dari Ma.” Mau tidak mau harus mau. Ya, kita berenam harus melakukan beberapa perbuatan baik agar tanaman itu terus tumbuh.

Ini hanya sebuah games. Tapi aku sangat kagum pada pemilik tokoh Ma yang sangat bijak memberikan hukuman pada anak-anaknya. Padahal di dunia nyata sendiri dia belum nikah.

Kenapa bijak? Karena dia tidak memberikan hukuman berupa kekerasan atau dimarahi besar-besaran. Tapi malah diberi sebuah tanaman, namun tanaman itu akan tumbuh jika pemiliknya melakukan kebaikan. Memang awalnya ini sebuah keterpaksaan, tapi jika dilakukan sehari-hari semua itu akan menjadi kebiasaan. Seperti ketika kita pertama kali belajar menulis. Begitu susahnya menulis membuat kita tidak mau lagi belajar. Namun saat terus-terusan mengulang huruf yang sama, maka kita pun dapat menulis sebuah kata bahkan kalimat. Alhasil, anak-anak Ma akan tumbuh menjadi anak yang baik nantinya.

Saya tidak tau apakah masih ada orang tua yang seperti ini apa tidak. Semoga saja ada. Dan bila ada, mari Bunda, Ibu, Mamah, bagi ceritanya bagaimana memberikan sebuah pelajaran pada anak tanpa kekerasan atau marah-marah yang tidak jelas.

Terima kasih. 

0 komentar:

Posting Komentar