Minggu, 17 Agustus 2014

Harta Berharga



Api unggun.

Dibawah langit yang telanjang, beralaskan rerumputan basah. Gigi bergemeletuk. Aku memelukmu sebagai tanda kesetiaan, juga kasih sayang. Serupa surya menerangi purnama.

oOo

Acara diawali dengan sambutan ketua acara, Mak Kokom yang adalah BuNden. Dilanjutkan oleh Mas Ramaditya. Berbagi kisah tentang Rara yang membuat air mataku meleleh.

“Jika tak ada Rara, mungkin saya tidak ada disini sekarang. Dan jika Rara tak bertemu saya, mungkin dia tak dapat bertahan hidup sampai kelas dua SMA.” Aku camkan kata-kata itu.

Kemudian, pembicara kedua yaitu Mas Dimas Joko. “Jadilah lilin bercahaya meskipun nantinya padam. Menulislah, untuk menyampaikan kebaikan.” Pesan itu juga aku catat dalam hati.

Selanjutnya, dari Mbah Puisi yaitu Mbah Jevindra. “Take seriously, fokus.” Setidaknya itu yang dapat aku simpulkan dari apa yang beliau sampaikan.

Dan materi dari para Master diakhiri oleh permainan suling Mas Ramaditya. Lagu berjudul Cahaya memberikan nuansa yang lebih sendu.  Seakan Mba Rara hadir diantara kita. Aku menangis, untuk entah apa.

Acara berlanjut pada permainan, pembacaan puisi, cerita dan nyanyi-nyanyi. Dan kawan, yang aku takutkan sebelumnya sirna sudah. Meski kita tak saling mengenal, tapi saat itu adalah pengenalan pertama yang berkesan. Tak ada satupun sekat diantara kita. Semua menyatu, meski tak ada namaku dalam salah satu sampul buku pun.

oOo

Pagi sekali para peserta sudah dibangunkan agar segera beres-beres untuk ke tempat selanjutnnya yaitu pemandian air panas Cibolang. Berenang dan mandi di air yang benar-benar panas. 

Selanjutnya, silaturahmi ke Kakek Bosca. Di makamnya, (yang baru aku tahu makamnya ada di Pangalengan) juga ke rumah beliau yang sangat mewah dan juga asri. Kemudian yang tujuan terakhir adalah situ Cileunca.

oOo

Angin yang menerpa begitu menyejukkan. Disana aku tak hanya melihat air dan para wisatawan. Disana aku melihat Mba Diah bercengkrama dengan yang lain tanpa merasa malu. Dan teman-teman yang lain pun tak membedakan Mba.

Ketika mereka berjalan berama, aku teringat ucapan Ibu. “Terima kasih ya, semoga kebaikanmu di balas oleh Allah.”Awalnya aku tak mengerti, kebaikan apa? Tapi aku ingin mengucapkan kalimat serupa kepada seluruh anggota KBM yang mengikuti trip ke Pangalenagan kemarin. Tak dapat aku jelaskan rasa ini. Hanya dari kacamata orang tua yang memiliki anak istimewa,  aku ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

Juga pada Lelaki itu, lelaki itu, lelaki itu, dan lelaki itu yang sibuk mengejar bocah kecil. Ucapan terima kasih karena telah membuka mataku bahwa masih ada lelaki yang baik. Yang sayang pada istri. Yang mau sabar menunggu. Yang memperjuangkan kemauannya. Dan yang peduli akan anak kecil padahal dia bukan anaknya. Terim kasih.

Juga terima kasih pada peserta lain yang tak dapat disebut satu-satu. Teristimewa bagi panitia yang sudah nekat mengumpulkan kita semua.

Terima kasih.



0 komentar:

Posting Komentar