Api unggun.
Dibawah langit yang
telanjang, beralaskan rerumputan basah. Gigi bergemeletuk. Aku memelukmu
sebagai tanda kesetiaan, juga kasih sayang. Serupa surya menerangi purnama.
oOo
Acara diawali dengan
sambutan ketua acara, Mak Kokom yang adalah BuNden. Dilanjutkan oleh Mas
Ramaditya. Berbagi kisah tentang Rara yang membuat air mataku meleleh.
“Jika tak ada Rara,
mungkin saya tidak ada disini sekarang. Dan jika Rara tak bertemu saya, mungkin
dia tak dapat bertahan hidup sampai kelas dua SMA.” Aku camkan kata-kata itu.
Kemudian, pembicara
kedua yaitu Mas Dimas Joko. “Jadilah lilin bercahaya meskipun nantinya padam.
Menulislah, untuk menyampaikan kebaikan.” Pesan itu juga aku catat dalam hati.
Selanjutnya, dari Mbah
Puisi yaitu Mbah Jevindra. “Take seriously, fokus.” Setidaknya itu yang dapat
aku simpulkan dari apa yang beliau sampaikan.
Dan materi dari para
Master diakhiri oleh permainan suling Mas Ramaditya. Lagu berjudul Cahaya
memberikan nuansa yang lebih sendu.
Seakan Mba Rara hadir diantara kita. Aku menangis, untuk entah apa.
Acara berlanjut pada
permainan, pembacaan puisi, cerita dan nyanyi-nyanyi. Dan kawan, yang aku
takutkan sebelumnya sirna sudah. Meski kita tak saling mengenal, tapi saat itu
adalah pengenalan pertama yang berkesan. Tak ada satupun sekat diantara kita.
Semua menyatu, meski tak ada namaku dalam salah satu sampul buku pun.
oOo
Pagi sekali para
peserta sudah dibangunkan agar segera beres-beres untuk ke tempat selanjutnnya
yaitu pemandian air panas Cibolang. Berenang dan mandi di air yang benar-benar
panas.
Selanjutnya,
silaturahmi ke Kakek Bosca. Di makamnya, (yang baru aku tahu makamnya ada di
Pangalengan) juga ke rumah beliau yang sangat mewah dan juga asri. Kemudian
yang tujuan terakhir adalah situ Cileunca.
oOo
Angin yang menerpa
begitu menyejukkan. Disana aku tak hanya melihat air dan para wisatawan. Disana
aku melihat Mba Diah bercengkrama dengan yang lain tanpa merasa malu. Dan
teman-teman yang lain pun tak membedakan Mba.
Ketika mereka berjalan
berama, aku teringat ucapan Ibu. “Terima kasih ya, semoga kebaikanmu di balas
oleh Allah.”Awalnya aku tak mengerti, kebaikan apa? Tapi aku ingin mengucapkan
kalimat serupa kepada seluruh anggota KBM yang mengikuti trip ke Pangalenagan
kemarin. Tak dapat aku jelaskan rasa ini. Hanya dari kacamata orang tua yang
memiliki anak istimewa, aku ucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya.
Juga pada Lelaki itu,
lelaki itu, lelaki itu, dan lelaki itu yang sibuk mengejar bocah kecil. Ucapan
terima kasih karena telah membuka mataku bahwa masih ada lelaki yang baik. Yang
sayang pada istri. Yang mau sabar menunggu. Yang memperjuangkan kemauannya. Dan
yang peduli akan anak kecil padahal dia bukan anaknya. Terim kasih.
Juga terima kasih pada
peserta lain yang tak dapat disebut satu-satu. Teristimewa bagi panitia yang
sudah nekat mengumpulkan kita semua.
Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar