Ku lirik BB putihku sebentar. Satu pesan masuk. Saat tau
siapa pengirimnya, aku mengerutkan kening. Masalahnya orang itu tidak pernah
menghubungiku. Dengna setengah ragu aku jawab saja, “Teman? Maksudnya?” Tadi
dia bertanya apakah saya punya teman pengajian atau tidak.
Tring.
“Iya teman yang pengajian.”
Aku mulai tersenyum. Jarang sekali ada orang yang menanyakan
perihal teman pengajian. Apalagi orang itu adalah teman kuliah. Tak pikir panjang,
aku langsung membalasnya cepat.
“Maksudnya tempat pengajiaan ya? Kamu mau ngaji?”
“Bukan, maksudnya temen ngaji, ada?
“Ada, sih. Terus kenapa?”
“Laki-laki?”
Barulah aku mengerti. Teman kuliahku itu mencari lelaki yang
suka mengaji. Tapi untuk apa?
“Buat jadi temen aja.”
Buat-jadi-temen-aja. Aku eja lagi empat kata itu. Lalu kenapa
harus laki-laki coba? Sementara dia perempuan.
“Kalau laki-laki aku gak punya, kalau perempuan ada. Mau?"
“Gak, aku butuhnya teman laki-laki.”
Tak sudi lagi aku membalas. Sungguh.
0 komentar:
Posting Komentar