Minggu, 23 Maret 2014

21 Ironis 22



Tanggal 21 Maret 2014 kemarin saya diberikan kabar yang tidak menyenangkan oleh-Nya. Ia menyadarkan saya tentang kenyataan bahwa disetiap nyawa yang hidup akan merasakan mati. Bagaimanapun caranya dan kapanpun waktunya. Tapi, izinkan saya lebih dahulu menceritakan tentang tangis yang berbuah dari rasa haru.

Saya hampir menjadi penganut ‘Happlly Never After’, tapi ternyata acara ditanggal 22 menyelamatkan saya dari pemikiran itu. Kisah saya berawal dari cerita yang orang bule buat, kalian masih ingat tentang cerita Rapunzell? Snow White? Jika masih, apa yang terjadi di akhir ceritanya? Ya, si putri bertemu dengan pangerannya, mereka menikah dan hidup Happilly Ever After (bahagia selama-lamanya). Tapi apa yang terjadi dikehidupan nyata?

Dari apa yang terjadi dipernikahan orang tua, saya tak pernah lagi mau mendengar cerita kedua putri tersebut. Karena saya melihat sendiri bagaimana hidup itu tak pernah selamanya bahagia, apalagi dengan rumah tangga. Saya pesimis dengan rumah tangga yang awet puluhan tahun. Itu tak mungkin. Takkan pernah ada.

Dan kenyataannya tanggal 22 membuat saya melumat air liur saya sendiri. Yah, ditanggal itu diadakan sebuah syukuran atas pernikahan yang masih bertahan selama 50 tahun. 50 tahun bukan bilangan angka yang kecil jika menyangkut pernikahan. Untuk bertahan 10 tahun saja sudah menjadi peristiwa bersejarah dalam sebuah keluarga. Apalagi 50. Saya totally terharu.

You know, saya selalu bertanya bagaimana ini bisa terjadi. Karena cintakah? Saya tak tahu pasti. Yang jelas saya bersyukur masih ada pasangan yang bertahan dalam pernikahan selama itu. Subhanallah, betapa Allah menyayangi keduanya. Dipanjangkan umurnya dan diberi amanah selama itu dalam rumah tangga. Subhanallah.

 Dan apa yang sebenarnya terjadi ditanggal 21? Kematian. Meninggalnya seseorang setelah letih menerjang sakit kanker rahim dan tumor yang tumbuh di beberapa bagian tubuhnya. Saya tak terlalu mengenalnya, tapi saya ingat betul bagaiman suara perempuan itu jika menelpon. Jujur, meskipun sedikit saya kehilangan ia juga.

Kematian memang selalu mengejutkan. Bahkan ada seseorang yang pesakitan tapi dipanjangkan umurnya, atau yang segar bugar ternyata harus meninggal diusia muda. Akan selalu menjadi teka-teki seperti itu. Namun yang membuat saya tertarik menuliskan kejadian ini adalah kenyataan bahwa seseorang yang meninggal di tanggal 21 itu adalah seorang perempuan tua yang umurnya lebih dari 50 tahun dan lajang. Ya, lajang. Memang tak pernah ada yang mempersalahkannya. Dia  bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan dan atau tanpa seorang suami disampingnya.

Saat ini saya hanya bisa berdoa, agar dirinya diterima di tempat yang indah di sisi Allah.

Tanggal 21 dan 22 yang ironis. 21 dengan cerita meninggalnya seorang perempuan tua yang lajang tanpa suami dan anak, kemudian tanggal 22 yang bercerita tentang acara syukuran 50 tahun pernikahan.

Saya tak tahu harus berkata tentang hal ini. Yang menggugah rasa penasaran saya adalah mengapa Allah menjadikan saya sebagai orang yang mengetahui cerita keduanya bersamaan. Sudah saya katakan, saya tak terlalu mengenal dekat perempuan di tanggal 21. Apalagi sepasang suami-istri di tanggal 22. Saya tak punya ikatan darah dengan mereka. Dan saya (sepertinya) hanya satu-satunya manusia yang mengetahui dua kejadian yang bertolak belakang ini.

Kini saya ada diantara keduanya. Pertanyaaan saya setelah mengetahui ke-ironisan 2 kejadian ditanggal yang beruntun itu, apakah yang terjadi dimasa depan saya nanti? Apakah bertemu illahi dengan keadaan yang sama seperti perempuan  tua di tanggal 21? Ataukah dikelilingi anak dan cucu saat syukuran pernikahan yang ke 50 tahun saya dan suami? Ataukah ini hanya sebuah adegan dari sang Maha untuk membuka mata saya lebih lebar?

Wallahu a’llam 

0 komentar:

Posting Komentar