Kak, aku sudah berusia sembilan belas tahun
sekarang. Besok kalau ada umur masuk ke dua puluh. Usia yang tak pernah kamu
jumpai.
Kak, aku tak pernah melakukan ini
sebelumnya. Tapi entah kenapa hari ini aku ingin sekali berdialog dengamu.
Meski raga kita jauh, aku yakin hati kita akan bertaut selama aku mengingatmu.
Mungkin, jika kamu ada akan lebih leluasa aku bercerita. Sebab kita memiliki
darah yang sama. Sakitku bisa dirasa olehmu.
Iya, Kak… aku sedang menahan tangis. Untuk
apa? Untuk sesuatu yang sangat mengganjal di hati ini. Jika saja kamu ada, Kak.
Mungkin aku mempunyai orang yang ditanya tentang pernikahan. Bagaimana
mendapatkan restu, dan juga bagaimana caranya yakin pada seseorang yang akan
menjadi pasangan kita. Tapi kamu tak ada. Aku harus menjadi yang pertama. Aku
tak mengerti, kak… aku bingung.
Kak… coba minta pada Tuhan kita untuk
meluluhkan hati mamah. Atau minta pada Tuhan kita untuk meluluhkan egoku.
Sebab, sudah lama aku tak mengobrol hangat dengan orang yang sama-sama
melahirkan kita itu. Ah, dikejauhan sana pasti kamu sudah melihat apa yang
terjadi antara aku dan mama.
Kak… jika kamu ada. Aku tak akan menjadi awal.
Kak….
0 komentar:
Posting Komentar