Senin, 07 Juli 2014

Bukan Seorang Ikhwan

Kita berjalan beriringan. Tanganku masih saja bebas dari genggamannya. Tak tersentuh. Dia malah sepertinya lebih nyaman dengan posisi menyilangkan tangan di dada. Membuat sebuah benterng pertahanan, hah? Sudah, peganglah… tak apa.

Saat merasa lelah berjalan, kita duduk. Aku mendekatinya, duduk berdampingan tanpa menyisakan jarak kecuali sejengkal.

“Jangan anggap aku orang suci!” perintahku dengan nada yang tegas dan mata dibulatkan.

Dia terbelalak melihat wajahku dekat sekali dengan wajahnya. Menghindar. “Maksudnya apa?”

Ah, tangan itu masih saja setia ia pangku di dada.

“Dengan kerudung ini. Jangan anggap aku perempuan yang baik-baik saja,” ucapku mantap. “Jangan dikira yang berkerudung itu solihah, banyak diantara kami tidak menunaikan sholat. Kerudung hanya menjadi topeng kebaikan saja, untuk sosialita.” Kalimat-kalimat terakhir hanya kuucap dalam benak.

“Bagaimanapun, aku menghormatimu.” Kemudian ia menggeser duduknya sehasta.


Aku tercenung. Kepalaku kembali menunduk. Ucapan itu tidak keluar dari seorang Ikhwan, tapi dari lelaki biasa seperti dia. Yang memakai sendal gembel dan kaos lusuh. Aku tak memandangnya rendah, namun kuping ini masih saja membal untuk percaya apa yang didengar. Bahkan seorang ikhwan pun tak pernah berkata itu kepadaku. Malah diantara mereka yang tak layak menyandang ikhwan lagi, membelah tubuhku menjadi bagian yang hina.

Hening. Kita sama-sama menyaksikan lautan manusia yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Begitu pula aku.

Kamu tak mengerti, dan kamu tidak tahu. Jauh dilubuk hati ini aku menangis. Bukan karena tak dapat sentuhan, tapi aku menangis karena betapa Allah menutup aibku dengan rapat. Sehingga tak ada seorang manusia pun tahu bahwa aku benar-benar perempuan yang tercela. Tidak juga kamu.

Dan menangis, karena ternyata masih ada lelaki sepertimu. Aku yakin Allah melihat ini semua. Namun jika ia luput, aku ingin menjadi orang pertama yang memohonkan surga untukmu. Kau pantas mendapatkannya. Dari seratus lelaki di dunia ini, hanya satu orang yang akan melakukan hal itu. Dan satu orang itu kamu.

Biarlah, aku tak punya apa-apa untuk diberikan. Hanya sebuah doa dari perempuan hina untuk kamu, lelakiku. Agar kau mendapatkan perempuan yang baik, yang dapat kamu bimbing menuju syurga.

0 komentar:

Posting Komentar