Kamis, 08 Mei 2014

#Ruli... mengapa aku diselingkuhi?

Event cinta segitiga bersama tim Keping hati
By: Laila ila


Mungkin untuk sebagian siswa bunyi lonceng sekolah di sore hari adalah sebuah kelegaan. Yah, rasa penat rutinitas sekolah yang harus menelan begitu banyak pelajaran membuat otak panas. Dan lonceng pulang seperti es kelapa yang masuk di tenggorokan saat haus, Lega….

Tapi sayang, salah satu siswa SMA 04 tidak bisa merasakan hal tersebut. Justru sebaliknya, Ruli sangat frustasi sore itu. Kedua wajah wanita yang melabraknya berseliweran di pikirannya. Siang tadi dua wanita yang amat ia kenal menghampirinya yang sedang duduk enak menikmati bakso di kantin. Mereka berjalan dengan langkah yang dipercepat dan berakhir dengan menepuk pundak Ruli kasar.

“Woy, jadi cowok jangan serakah gitu dong!” Yang berpenampilan urakan itu namanya Ilma.
Ruli kaget bukan kepalang melihat mereka berdiri dihadapannya. Padahal Ilma itu siswa sekolah 86 yang letaknya 500 meter dari SMA 04. Bagaimana Ilma bisa masuk ke area sekolahnya, Ruli tak mengerti. Belum dapat mencerna semua kejadian itu, Ruli sudah dihadapi dengan rengekan wanita yang satunya.

“Kamu jahat Rul… kamu bilang dihati kamu hanya ada aku. Hiks…” Dengan terbata Rheina mengeja kata-katanya.

“Apa maksud kalian?” Ruli terheran-heran. Mencoba berdiri, menegaskan bahwa dia bukan laki-laki yang bisa dihakimi seenaknya.

Mendengar ada keributa itu, banyak siswa-siswa yang melihat mereka. Mengerubungi mereka seakan tontonan. Bahkan ada yang mengabadikan lewat ponsel pintarnya, beberapa detik sudah mejeng di sosmed dengan hastag ‘Ruli… mengapa aku diselingkuhi??’ dan orang yang melakukan itu terkekeh.

“Alah… udalah, lu sekarang gak bisa bohong lagi Rul. Gue udah tahu dan Rhe juga udah tau.” Wajah Ilma memerah, urat di lehernya yang hijau kentara dengan kulitnya yang putih.

“Gue gak pernah bohong sama kalian. Apa maksudnya sih?” Ruli benar-benar bingung dengan semua ini. Melihat ke arah Rheina yang terguguk minta penjelasan. Tapi wanita itu tidak dapat berhenti menangis apalagi memberikan penjelasan.

Satu-dua-tiga detik kecepatan sosmed membuktikan kehebatannya. Tidak jauh dari meja yang dikerubungi itu datang bapak kesiswaan yang terkenal galak. Bapak itu datang langsung ke lokasi setelah melihat foto yang di unggah di twitter salah satu muridnya. Untung saja Ilma mengurungkan niatan untuk menampar Ruli. Kalau tidak dia bisa dapat sanksi besar dari Pak Junaedi.

Saat bapak yang berperut tambun itu mendekati mereka, ketiganya diam. Apalagi Ilma yang memang bukan siswa sekolah itu. Seketika sunyi. Tak ada yang berkomentar. Mata Pak Junedi sempurna melotot. Dan tanpa arahan anak disekelilingnya kabur ke kelas masing-masing. Tinggalah mereka yang menunduk dalam.

“Kembali ke kelas kalian masing-masing. Istirahat sudah selesai. Dan kamu," tangannya menunjuk Ilma. "Ikut ke kantor saya!" Dengan intonasi berat pak Junaedi meneriaki ketiganya.
Mereka tak dapat berkutik atau beralasan. Dan ketiganya membubarkan diri.

oOo

Di kelas pun Ruli tak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pikirannya dipenuhi banyak pertanyaaan tentang kejadian tadi siang.

“Apa sih maksud mereka?”

“Rheina kemarin biasa saja, tapi sekarang menangis tak karuan seperti itu. Berbohong? Aku mencintainya. Sungguh.”

“Dan maksud Ilma apa? Oh ya ampun, apakah Ilma bilang ke Rheina kalau dia adalah pacarku? Sehingga membuat Rheina salah paham?
Ruli menggelengkan kepala, namun matanya masih memandang ke papan tulis.

“Tidak, tidak mungkin Ilma seperti itu. Dia teman baikku, dan Rheina tahu aku temannya. Terus kenapa bilang kalau dia adalah pacarku?”
“Apa mungkin ini balasan dendam Ilma? Karena aku sudah merusak hubungannya dengan Rico. Tapi memang Rico orang jahat. Kalau tidak putus mungkin Ilma sudah dihamili anak itu.”
Dia menunduk dalam.

“Ruli…!!”

Ia terbelalak. Bu Chika sudah berada di depan meja Ruli dengan tampang sangar namun elegan.

“Fokus… belajar yang focus…” Ruli hanya tersenyum paksa. Meninta maaf, lalu berjanji akan lebih fokus. Meskipun itu tidak mungkin.

oOo

Dan lonceng pulang pun berbunyi. Mau tidak mau Ruli harus menghadapi kenyataan bahwa mungkin saja kedua perempuan itu akan melabraknya lagi. Dilabrak di area sekolah itu sangat memalukan bagi Ruli. Banyak orang yang tak tahu asal-usulnya perkara akan salah paham.
Treetttt… Hape Ruli bergetar. Ilma. Perempuan itu yang menelponnya. Tanpa pikir panjang ia mengangkat telpon itu.

“Gue mau ngomong sama Lu!! Gue tunggu di belakang sekolah!!” kata orang di sebrang sana tegas. Dan tuttt… tutt… pangilan terputus.

Ruli menggenggam handphone itu erat. Setelah dibuat bingung dengan kejadian tadi siang, kini Ilma menelponnya dengan kasar. Kesal, tentu saja. Siapa yang tidak kesal diperlakukan seenaknya seperti itu.
Dengan langkah mantap Ruli keluar gerbang sekolah. Tujuannya satu, halaman belakang sekolah yang biasa dipakai ia dan teman-temannya nongkrong. Tak butuh banyak waktu untuk menuju kesana. Bahkan hanya dua menit ia dapat menemukan Ilma berdiri di dekat pohon beringin.
Tanpa basa-basi, Ruli langsung menemui Ilma dan memarahinya.

“Maksud lu gimana sih Ma? Lu bilang ke Rheina kalau Lu itu pacar gua? Selingkuhan gua hah?”

Plok.

“Aduh… apaan ni?” Ruli mengusap belakang kepalanya. Ada yang melemparinya, dan itu terasa hangat dan lengket.

Ilma yang sedari tadi memasang wajah angkuh langsung menyeringai.

Plok.

Yang kedua, masih berasal dari arah belakang Ruli. Ilma menjauhi anak itu. Sedangkan Ruli masih mengaduh dan mengusap-usap bagian belakang kepalanya. Keheranan. Ia memandang Ilma minta jawaban.

Dan… Byuuuurrrrr…

Seember air yang telah dicampur terigu membasai seluruh badan Ruli dari atas hingga bawah. Ia tak dapat berkutik. Ilma hanya tersenyum melihat itu semua. Baru setelah Rheina dan teman-teman yang lain riuh tertawa dan bertepuk tangan, Ruli baru mengerti.

“Happy birthday to you… happy birthday to you…. Happy birthday happy birthday… happy birthday to you….”

“Selamat ulang tahun sayang….” Rheina mendekati Ruli dengan membawa bolu yang ada lilin di atasnya.

“Kamu? Jadi yang tadi siang?”

Rheina mengangguk.

“Ih dasar ya… kerjaan kamu nih?”

“Haha… bukanlah. Tuh kerjaannya si Ilma. Malah dia bolos sekolah buat bikin ini semua dan bela-belaan disanksi sama pak Juned. Udah tiup dulu ini, nanti keburu meleleh.” Perempuan itu tersenyum manja.

“Haha… yaudah make a wish dulu ya…” Ruli menutup matanya.

“Tuhan, terima kasih telah memberiku pacar dan sahabat yang tulus mencintai dan menyayangiku. Meskipun kadang bukti cintanya membuat jantungku dag-dig-dug gak karuan. Semoga kebersamaan ini berjalan selamanya. Dan aku bisa menikah dengan perempuan cantik yang membawa kue ini. Amin…”

Wussss… lilin itu padam

Semuanya terlihat sumringah, tersenyum dengan kegembiraan ini. Hanya satu orang yang hatinya sedih, dialah Ilma. Ulu hatinya terasa nyeri saat bingkai kemesraan yang Ruli dan Rheina tunjukan di hadapannya. Bukan Rico yang ia inginkan dulu, tapi Ruli. Meskipun begitu senyum pun ia tampakkan pada mereka.

“Happy Brithday Bro!”

“Makasih Ma.”

0 komentar:

Posting Komentar