Event cinta segitiga bersama tim Keping hati
By: Laila ila
Mungkin untuk sebagian siswa bunyi lonceng sekolah di sore hari adalah
sebuah kelegaan. Yah, rasa penat rutinitas sekolah yang harus menelan
begitu banyak pelajaran membuat otak panas. Dan lonceng pulang seperti
es kelapa yang masuk di tenggorokan saat haus, Lega….
Tapi
sayang, salah satu siswa SMA 04 tidak bisa merasakan hal tersebut.
Justru sebaliknya, Ruli sangat frustasi sore itu. Kedua wajah wanita
yang melabraknya berseliweran di pikirannya. Siang tadi dua wanita yang
amat ia kenal menghampirinya yang sedang duduk enak menikmati bakso di
kantin. Mereka berjalan dengan langkah yang dipercepat dan berakhir
dengan menepuk pundak Ruli kasar.
“Woy, jadi cowok jangan serakah gitu dong!” Yang berpenampilan urakan itu namanya Ilma.
Ruli kaget bukan kepalang melihat mereka berdiri dihadapannya. Padahal
Ilma itu siswa sekolah 86 yang letaknya 500 meter dari SMA 04. Bagaimana
Ilma bisa masuk ke area sekolahnya, Ruli tak mengerti. Belum dapat
mencerna semua kejadian itu, Ruli sudah dihadapi dengan rengekan wanita
yang satunya.
“Kamu jahat Rul… kamu bilang dihati kamu hanya ada aku. Hiks…” Dengan terbata Rheina mengeja kata-katanya.
“Apa maksud kalian?” Ruli terheran-heran. Mencoba berdiri, menegaskan bahwa dia bukan laki-laki yang bisa dihakimi seenaknya.
Mendengar ada keributa itu, banyak siswa-siswa yang melihat mereka.
Mengerubungi mereka seakan tontonan. Bahkan ada yang mengabadikan lewat
ponsel pintarnya, beberapa detik sudah mejeng di sosmed dengan hastag
‘Ruli… mengapa aku diselingkuhi??’ dan orang yang melakukan itu
terkekeh.
“Alah… udalah, lu sekarang gak bisa bohong lagi Rul.
Gue udah tahu dan Rhe juga udah tau.” Wajah Ilma memerah, urat di
lehernya yang hijau kentara dengan kulitnya yang putih.
“Gue gak
pernah bohong sama kalian. Apa maksudnya sih?” Ruli benar-benar bingung
dengan semua ini. Melihat ke arah Rheina yang terguguk minta penjelasan.
Tapi wanita itu tidak dapat berhenti menangis apalagi memberikan
penjelasan.
Satu-dua-tiga detik kecepatan sosmed membuktikan
kehebatannya. Tidak jauh dari meja yang dikerubungi itu datang bapak
kesiswaan yang terkenal galak. Bapak itu datang langsung ke lokasi
setelah melihat foto yang di unggah di twitter salah satu muridnya.
Untung saja Ilma mengurungkan niatan untuk menampar Ruli. Kalau tidak
dia bisa dapat sanksi besar dari Pak Junaedi.
Saat bapak yang
berperut tambun itu mendekati mereka, ketiganya diam. Apalagi Ilma yang
memang bukan siswa sekolah itu. Seketika sunyi. Tak ada yang
berkomentar. Mata Pak Junedi sempurna melotot. Dan tanpa arahan anak
disekelilingnya kabur ke kelas masing-masing. Tinggalah mereka yang
menunduk dalam.
“Kembali ke kelas kalian masing-masing. Istirahat
sudah selesai. Dan kamu," tangannya menunjuk Ilma. "Ikut ke kantor
saya!" Dengan intonasi berat pak Junaedi meneriaki ketiganya.
Mereka tak dapat berkutik atau beralasan. Dan ketiganya membubarkan diri.
oOo
Di kelas pun Ruli tak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pikirannya
dipenuhi banyak pertanyaaan tentang kejadian tadi siang.
“Apa sih maksud mereka?”
“Rheina kemarin biasa saja, tapi sekarang menangis tak karuan seperti itu. Berbohong? Aku mencintainya. Sungguh.”
“Dan maksud Ilma apa? Oh ya ampun, apakah Ilma bilang ke Rheina kalau dia adalah pacarku? Sehingga membuat Rheina salah paham?
Ruli menggelengkan kepala, namun matanya masih memandang ke papan tulis.
“Tidak, tidak mungkin Ilma seperti itu. Dia teman baikku, dan Rheina
tahu aku temannya. Terus kenapa bilang kalau dia adalah pacarku?”
“Apa mungkin ini balasan dendam Ilma? Karena aku sudah merusak
hubungannya dengan Rico. Tapi memang Rico orang jahat. Kalau tidak putus
mungkin Ilma sudah dihamili anak itu.”
Dia menunduk dalam.
“Ruli…!!”
Ia terbelalak. Bu Chika sudah berada di depan meja Ruli dengan tampang sangar namun elegan.
“Fokus… belajar yang focus…” Ruli hanya tersenyum paksa. Meninta maaf,
lalu berjanji akan lebih fokus. Meskipun itu tidak mungkin.
oOo
Dan lonceng pulang pun berbunyi. Mau tidak mau Ruli harus menghadapi
kenyataan bahwa mungkin saja kedua perempuan itu akan melabraknya lagi.
Dilabrak di area sekolah itu sangat memalukan bagi Ruli. Banyak orang
yang tak tahu asal-usulnya perkara akan salah paham.
Treetttt… Hape Ruli bergetar. Ilma. Perempuan itu yang menelponnya. Tanpa pikir panjang ia mengangkat telpon itu.
“Gue mau ngomong sama Lu!! Gue tunggu di belakang sekolah!!” kata orang
di sebrang sana tegas. Dan tuttt… tutt… pangilan terputus.
Ruli
menggenggam handphone itu erat. Setelah dibuat bingung dengan kejadian
tadi siang, kini Ilma menelponnya dengan kasar. Kesal, tentu saja. Siapa
yang tidak kesal diperlakukan seenaknya seperti itu.
Dengan
langkah mantap Ruli keluar gerbang sekolah. Tujuannya satu, halaman
belakang sekolah yang biasa dipakai ia dan teman-temannya nongkrong.
Tak butuh banyak waktu untuk menuju kesana. Bahkan hanya dua menit ia
dapat menemukan Ilma berdiri di dekat pohon beringin.
Tanpa basa-basi, Ruli langsung menemui Ilma dan memarahinya.
“Maksud lu gimana sih Ma? Lu bilang ke Rheina kalau Lu itu pacar gua? Selingkuhan gua hah?”
Plok.
“Aduh… apaan ni?” Ruli mengusap belakang kepalanya. Ada yang melemparinya, dan itu terasa hangat dan lengket.
Ilma yang sedari tadi memasang wajah angkuh langsung menyeringai.
Plok.
Yang kedua, masih berasal dari arah belakang Ruli. Ilma menjauhi anak
itu. Sedangkan Ruli masih mengaduh dan mengusap-usap bagian belakang
kepalanya. Keheranan. Ia memandang Ilma minta jawaban.
Dan… Byuuuurrrrr…
Seember air yang telah dicampur terigu membasai seluruh badan Ruli dari
atas hingga bawah. Ia tak dapat berkutik. Ilma hanya tersenyum melihat
itu semua. Baru setelah Rheina dan teman-teman yang lain riuh tertawa
dan bertepuk tangan, Ruli baru mengerti.
“Happy birthday to you… happy birthday to you…. Happy birthday happy birthday… happy birthday to you….”
“Selamat ulang tahun sayang….” Rheina mendekati Ruli dengan membawa bolu yang ada lilin di atasnya.
“Kamu? Jadi yang tadi siang?”
Rheina mengangguk.
“Ih dasar ya… kerjaan kamu nih?”
“Haha… bukanlah. Tuh kerjaannya si Ilma. Malah dia bolos sekolah buat
bikin ini semua dan bela-belaan disanksi sama pak Juned. Udah tiup dulu
ini, nanti keburu meleleh.” Perempuan itu tersenyum manja.
“Haha… yaudah make a wish dulu ya…” Ruli menutup matanya.
“Tuhan, terima kasih telah memberiku pacar dan sahabat yang tulus
mencintai dan menyayangiku. Meskipun kadang bukti cintanya membuat
jantungku dag-dig-dug gak karuan. Semoga kebersamaan ini berjalan
selamanya. Dan aku bisa menikah dengan perempuan cantik yang membawa kue
ini. Amin…”
Wussss… lilin itu padam
Semuanya terlihat
sumringah, tersenyum dengan kegembiraan ini. Hanya satu orang yang
hatinya sedih, dialah Ilma. Ulu hatinya terasa nyeri saat bingkai
kemesraan yang Ruli dan Rheina tunjukan di hadapannya. Bukan Rico yang
ia inginkan dulu, tapi Ruli. Meskipun begitu senyum pun ia tampakkan
pada mereka.
“Happy Brithday Bro!”
“Makasih Ma.”
Kamis, 08 Mei 2014
#Ruli... mengapa aku diselingkuhi?
Diposting oleh
Unknown
di
21.05
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar